Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 14 Oktober 2014

cikal bakal desa Jatisaba kec. Cilongok



      CIKAL BAKAL DESA JATISABA

 
Awal abad ke 17 atau pada tahun 1614, raja Mataram Kanjeng Sinuwun Sultan Agung Hanyakrakusuma yang bernama asli Raden Mas Jatmika atau dikenal juga dengan nama Raden Mas Rangsang atau yang bergelar Prabu Pandita Sultan Agung durrahman Sayyidin Pranatagama putra dari Prabu Hanyakrawati yang meneruskan tahta ayahandanya Sultan Sutawijaya (Raja Mataram 1) dengan Ratu Mas Adi Dyah Banawati, putri Sultan Pajang yaitu Pangeran Benowo, ketika itu memberikan perintah kepada para Hadipati dan Senopati untuk membuka desa-desa baru, terkait dengan rencana beliau yaitu akan melakukan penyerangan besar-besaran terhadap benteng VOC Belanda di Batavia (Jayakarta) jika sudah berhasil menaklukan daerah-daerah lain di seluruh pulau Jawa dalam upayanya memperluas wilayah kekuasaan Mataram yang berpusat di kota Gedhe.

Keberadaan VOC Belanda di Batavia saat itu oleh Sultan Agung dianggap menjadi penghalang bagi upaya beliau untuk menaklukan Banten sehingga harus diatasi terlebih dahulu. Pada mulanya Sultan Agung mencoba mengirim Kyai Rangga  (bupati Tegal) sebagai duta ke Batavia untuk menyampaikan tawaran dengan syarat-syarat tertentu, yaitu apabila VOC bersedia membantu Mataram dalam penyerbuan ke Banten, maka VOC diperbolehkan membeli beras sebanyak-banyaknya kepada Mataram, tetapi penawaran tersebut ditolak oleh pihak VOC sehingga beliau memutuskan untuk berperang melawan VOC Belanda.
Adapun tujuan dibukanya desa-desa adalah untuk dijadikan kantong-kantong perbekalan dan tempat persinggahan bagi pasukan Mataram baik pada saat keberangkatan maupun kepulangan mereka dari Batavia.
Raden Jati Anom atau mbah Semutirta adalah salah satu orang yang mendapat perintah itu melalui Senopati Mangkubumi dari kdemangan Pasir Luhur dan beliau mengambil lokasi di hutan Bandhayuda, yaitu sbelah barat hutan Mangli kemudian di buka dan dijadikan sebuah desa. Selanjutnya, oleh generasi berikutnya dikatakan “Pesabane Raden Jati Anom lelabetan marang Kanjeng Sinuwun kawastanan desa Jatisaba”, atau tempat dimana Raden Jati Anom beraktifitas membabad hutan dan menjadikannya sebuah desa dan tempat itu dinamakan desa Jatisaba.
Raden Jati Anom dititahkan untuk mendirikan sebuah desa dan menciptakan pranatan-nya sesuai dengan sistem pemerintahan kesultanan Mataram serta membuka lahan-lahan pertanian dan perkebunan untuk mewujudkan kemakmuran rakyat serta menyiapkan perbekalan bagi pasukan Mataram yang akan berangkat ke Batavia.
Sehubungan kapasitas beliau juga seorang prajurit maka beliaupun wajib ikut berperang meninggalkan isteri  dan anak-anaknya bersama prajurit-prajurit yang lain dalam serangan besar-besaran. Mereka  berangkat melalui jalur gerilya melewati bukit dan hutan yang membentang luas mulai dari wilayah Banyumas sampai ke daerah Sumedang.
Setelah sampai di Sumedang, pasukan beliau bergabung dengan pasukan lain yang dipimpin oleh Pangeran Juminah, Pangeran Singaranu, Dipati Puger, dan Dipati Purbaya. Kemudian melanjutkan perjalanan sampai ke Batavia untuk bergabung lagi dengan pasukan angkatan laut yang dipimpin oleh Tumenggung Bahurekso sebanyak 80.000 prajurit dengan 56 buah kapal yang sudah sampai terlebih dahulu.
Dalam serangan ini, tembok-tembok kota diruntuhkan dan benteng-benteng kecil dapat direbut sehingga serdadu Kompeni hanya bisa bertahan di dalam benteng induk di tepi sungai Ciliwung. Untuk memaksa agar mereka keluar dari benteng, maka Tumenggung Sura Agul-agul memerintakan seluruh pasukannya untuk membendung sungai Ciliwung dan mengalihkan alirannya ke tempat lain agar situasi di dalam benteng mengalami kesulitan air, bahkan berjangkit penyakit kolera, sampai-sampai Gubernur Jendral Jan Piterszoon Coen (JP Coen) mati terkena penyakit itu.
Namun pertempuran yang terjadi selama hampir lima tahun itu benar-benar telah menguras dana, tenaga, kecerdikan, keberanian dan perbekalan, sehingga banyak pasukan Mataram yang mengalami kelaparan, terkena penyakit bahkan banyak pula yang meninggalkan barisan sehingga kekuatannya menjadi sangat lemah dan penyerangan inipun kembali mengalami kegagalan. Akhirnya pada tanggal 7 oktober 1629 seluruh pasukan kembali ke Mataram dengan meninggalkan prajurit-prajurit yang mati dan menderita sakit di perjalanan.
Tanggal 16 Oktober 1629 Raden Jati Anomatau mbah Semutirta bersama sebagian pasukan lain yang masih hidup kembali lagi ke desa ini, dan betapa berdukanya perasaan beliau saat itu karena anak satu-satunya yang hidup hingga usia dewasa menghilang dan ditemukan sudah tewas dalam kondisi jasadnya terpisah-pisah satu sama lain. Kekecewaan yang beliau rasakan menjadi alasan pembenaran atas sikap dan kemarahannya sehingga desa ini ditutup dengan menggunakan Semu Tirta atau Banyu pengamun-amun atau kabut ghaib. Akan tetapi hal tersebut justru mendatangkan dampak positif bagi pasukan Mataram yang kembali lagi dan bersembunyi di desa ini sehingga mereka terselamatkan dari pengejaran dan penyisiran tentara VOC Belanda yang dilakukan pada tahun-tahun berikutnya karena posisi mereka tidak terlihat oleh mata orang-orang bule di kala itu. Dalam pernyataannya, Raden Jati Anom berkata : “Suk kapan yen tedhak turunku wis ana kang ngopeni marang tetilasku kanthi dedonga marang ngarsane Gusti Allah mangka banyu pengamun-amun bakal kasingkap dewe”. Artinya, jika suatu ketika sudah ada diantara keturunanku yang merawat kuburku dengan do’a do’a kepada Allah SWT, maka kabut ghaib akan tersingkap dengan sendirinya.
Setelah seratus hari dari Batvia dan hari kematian anaknya, R. Jati Anom mengundang semua warga untuk berdoa memohon ampunan bagi anaknya yang telah tiada dan memohon keselamatan bagi seluruh warga. Di dalam acara selamatan tersebut, dibicarakan pula mengenai langkah-langkah selanjutnya paska peperangan dan dikatakan bahwa R. Jati Anom meminta kepada warganya untuk tetap bekerja, bergotong royong membuat pemukiman-pemukiman baru memperluas lahan-lahan pertanian guna menciptakan kemakmuran sambil menunggu datangnya perintah lanjutan (dawuh) lanjutan dari Kanjeng Sinuwun. Di dalam acara itu, segenap warga sepakat dan meminta kesediaan R. Jati Anom untuk menjadi pamong. Maka pada saat itulah resmilah berdiri sebuah komunitas baru dengan sistem Kepamongan yang merupakan cikal bakal lahirnya sistem pemerintahan di Jatisaba.
Setelah kekalahan di Batavia pada tahun 1631, Sumedang tidak  mau tunduk kepada Mataram maka pada tahun 1632, R. Jati Anom dipanggil dan diperintah lagi oleh Senopati Mangkubumi untuk memimpin pasukan Pasir Luhur, guna membantu Sultan Cirebon. Melihat kecerdikan dan ketangkasan R. Jati Anom ketika itu Sultan Cirebon merasa sangat terkesan sehingga memintanya untuk tetap tinggal di Kesultanan Cirebon dan kepadanya akan diberikan gelar atau  jabatan sebagai senopati. Akan tetapi ketika hal itu disampaikan kepada gurunya(Kyai Sambarta), beliau berkata : “Sliramu muliha marang Bandhayuda, jejibahmu ora kejaba anggawe kasantosan ana ngalas iku, mula sliramu ndak paringi asma Abdul Jabbar”. Artinya, pulanglah kamu ke hutan Bandhayuda, kewajibanmu tiada lain untuk menciptakan kemakmuran di hutan itu, oleh karenanya aku namakan kamu Abdul Jabbar (hamba Allah yang menciptakan kemakmuran). Mendengar ucapan gurunya, R. Jati Anom menangis dan menyesali diri, mengapa dirinya sampai tertarik kepada sebuah kedudukan padahal umatnya yang berada di tengah hutan sangat bergantung padanya. Maka beliaupun menyampaikan penolakan atas tawaran Sultan Cirebon.
Raden Jati Anom dimakamkan di kuburan Tenggulun atau berada di tengah-tengah desa Jatisaba. Di komplek makam R. Jati Anom terdapat sebuah pohon beringin besar yang tumbang pada tahun 1976. Pohon beringin tersebut ukuran besarnya hampir sama dengan pohon beringin yang ada di setiap sudut alun-alun Banyumas. Hal tersebut juga menjadi sebuah isyarat bahwa dibukanya desa Jatisaba oleh R. Jati Anom selang waktu skitar 47 tahun setelah berdirinya Kabupaten Banyumas pada hari Jum’at Kliwon tanggal 6 April 1582 M, tepatnya pada tanggal 25 Januari 1630 disebut sebagai hari jadi desa Jatisaba.
By : ummy … IX D SMc Cilongok


 

2 komentar:

 

Blogroll

Cute Bow Tie Hearts Blinking Blue and Pink Pointer

Blogger templates